
Amanat Pantun Pesan Moral Tersembunyi Pada Dua Baris Isi Terakhir
Dilansir dari : deanmh.id Pantun, sebagai warisan budaya Indonesia, bukan sekadar rangkaian kata-kata indah yang berima. Di balik keindahan liriknya, pantun mengandung amanat atau pesan moral yang mendalam. Amanat ini seringkali menjadi inti dari sebuah pantun, memberikan pelajaran atau nasihat yang berharga bagi pendengarnya. Namun, di manakah letak amanat tersebut dalam struktur pantun? Jawabannya terletak pada dua baris terakhir atau bagian isi pantun.
Struktur pantun terdiri dari empat baris. Dua baris pertama disebut sampiran, yang biasanya berupa gambaran alam atau hal-hal yang tidak langsung berkaitan dengan isi pantun. Dua baris terakhir disebut isi, yang mengandung pesan atau amanat yang ingin disampaikan. Sampiran berfungsi sebagai pengantar atau pemanis, sementara isi adalah inti dari pantun.
Mengapa amanat pantun terletak pada dua baris terakhir? Hal ini berkaitan dengan fungsi pantun sebagai alat komunikasi dan pendidikan. Dahulu, pantun sering digunakan untuk menyampaikan nasihat, sindiran, atau ungkapan perasaan secara halus. Dengan meletakkan amanat pada bagian isi, pesan yang ingin disampaikan dapat lebih mudah dipahami dan diingat.
Amanat pantun dapat berupa berbagai macam pesan, mulai dari nasihat tentang kehidupan, cinta, hingga kritik sosial. Misalnya, pantun yang berisi nasihat tentang pentingnya menjaga kesehatan:
- Buah mangga buah kedondong,
- Dibawa orang dari seberang.
- Jika badan sehat dan bohong,
- Hidup senang tiada bimbang.
Pada pantun di atas, amanat tentang pentingnya menjaga kesehatan terdapat pada dua baris terakhir. Pesan ini disampaikan secara ringkas dan mudah dipahami, yaitu bahwa hidup akan senang dan tidak bimbang jika badan sehat.
Selain itu, amanat pantun juga dapat berupa sindiran atau kritik sosial. Pantun sering digunakan untuk menyampaikan kritik terhadap perilaku atau kebiasaan buruk masyarakat. Misalnya, pantun yang menyindir orang yang suka berbohong:
- Burung nuri burung dara,
- Terbang tinggi di angkasa.
- Jangan suka berbohong saudara,
- Nanti hidup banyak dosa.
Pada pantun di atas, amanat tentang bahaya berbohong terdapat pada dua baris terakhir. Pesan ini disampaikan secara halus, tetapi tetap tegas.
Untuk memahami amanat pantun, perlu diperhatikan konteks dan makna dari setiap kata yang digunakan. Kadang-kadang, amanat pantun disampaikan secara tersirat, sehingga perlu pemahaman yang lebih mendalam. Namun, secara umum, amanat pantun selalu terletak pada dua baris terakhir atau bagian isi pantun.
Memahami amanat pantun bukan hanya sekadar memahami pesan moral, tetapi juga memahami kekayaan budaya Indonesia. Pantun adalah warisan budaya yang berharga, yang mengandung nilai-nilai luhur dan kearifan lokal. Dengan memahami amanat pantun, kita dapat melestarikan budaya Indonesia dan mengambil pelajaran berharga dari generasi sebelumnya.

